Mengulas Sedikit Tentang Affinity Designer

Halo, sobat! 

Di artikel kali ini saya akan bahas sedikit mengenai Affinity Designer yang tak lain merupakan software yang booming April lalu setelah direview di channel Youtubenya kak Rio Purba. Sebelum kita bahas lebih jauh, yuk kita mulai dengan perkenalan softwarenya terlebih dahulu.

Apa itu Affinity Designer?

Affinity Designer merupakan sebuah software/perangkat lunak pengolah vektor dan raster yang merupakan satu dari produk 'Affinity trinity' milik Serif. Dua software Affinity lainnya adalah Affinity Photo dan Affinity Publisher, hanya saja kita akan fokus pada pembahasan mengenai Affinity Designer.

Affinity Photo - WikipediaAffinity Designer - WikipediaAffinity Publisher - Wikipedia

Source image: Wikipedia

Jika didengar sekilas, nama Affinity Designer ini begitu asing di telinga. Namun faktanya Affinity Designer telah hadir sejak 1 Oktober 2014 dan tidak pernah kita sadari. Lho kok bisa? Ya, enggak tahu juga sih. Untuk sekedar info, produk Affinity Designer ini dulunya dirancang untuk MacOs dan versi Windowsnya baru hadir tahun 2016.

"Lho, dia booming emangnya bagus ya?"

Nah, mulai dari sini saya akan cerita sedikit soal pengalaman saya mencoba Affinity Designer (versi 1.8.3.641).

Belum lama setelah Rio Purba mereview Affinity Designer, hati saya bergetar. Kenapa tiba-tiba? Karena rupanya software ini seperti software gabungan antara Adobe Photoshop dengan Adobe Illustrator, yang bisa zoom 1.000.000 kali dan harganya JAUH LEBIH MURAH. Lho kok ajaib? Saya tadinya tidak percaya, tapi masa sih Rio Purba bohong. Dengan rasa penasaran yang membuncah, saya install aplikasi tersebut langsung di laptop (kebetulan saat itu sedang ada promo trial selama 90 hari dan diskon sebesar 50% untuk semua produk Affinity).

Setelah mencoba dan melihat semua fiturnya dengan mata kepala saya sendiri, saya kebingungan setengah mati. Fitur 1.000.000 kali zoom ternyata gak bohong, tangan saya sampai pegal scrool mouse berpuluh-puluh kali. Kemudian 😭 saya merasa terpengaruh dengan kata-kata dari Mas Rio Purba 'Masih mau pake bajakan?' karena toh ini sudah murah, ada diskon pula setengah harga. Kebetulan di rekening masih ada uang tapi saya pikir nanti kalau ada perlu pake duit dari mana? Lagi Covid pula ya kan, alhasil pikiran saya kacau hampir seminggu karena bingung harus beli atau tidak.

Selama ini saya pakai Adobe Illustrator dan Adobe Photoshop bajakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Jujur dari lubuk hati paling dalam ada keinginan untuk beli, cuma terbatas budget. Karena ya jelas software Adobe mahalnya gak tanggung-tanggung.

Oleh karena itu saya pikir.., mungkin ini jalan keluarnya. Jadi untuk memantapkan hati, berhari-hari saya oprek Affinity Designer dan entah kenapa jadi makin jatuh cinta. Bayangkan, saya bisa gambar vektor dan raster di satu artboard dan satu aplikasi yang sama, bisa buka mockup, bisa zoom sepuasnya gak mentok-mentok, dan kembali lagi dengan yang sudah saya bilang di awal, HARGANYA MANTAP. Harga normal saat itu $49.99 dengan diskon 50%, jadi waktu itu cuma perlu bayar sekitar $24.99 atau $25, saya agak lupa untuk selengkapnya kalian bisa lihat di sini. Nah, harganya hampir sama dengan langganan sebulan Adobe Photoshop dong, Adobe Photoshop aja sekarang kalau dilihat perbulannya kena biaya $20.99/bulan, dalam hati saya mending beli Affinity Designer yang sekali bayar doang.

Dengan saya bicara begini bukan berarti saya mengakui Affinity Designer lebih bagus dari Adobe Photoshop atau Illustrator lho ya, semua software punya kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Affinity Designer juga secara fitur gak bisa dibandingkan dengan kedua software Adobe tersebut, karena perbedaannya terlampau jauh. Banyak fitur milik Adobe yang tidak bisa tergantikan, bahkan memang fitur-fitur tersebut tidak ada pada Affinity Designer. Aplikasi Adobe juga cenderung lebih stabil.

Tapi yah, semua mengakui yang namanya harga pasti tidak bohong. Ada harga, ada kualitas.

"You get what you pay for."

Jadi, tepat dua hari sebelum diskon 50% tersebut berakhir, saya akhirnya membeli Affinity Designer hitung-hitung sekalian investasi. Yay! Rasanya senang dan lega karena pada akhirnya bisa ngerjain desain pakai aplikasi asli.



KELEBIHAN AFFINITY DESIGNER

1. Aplikasi yang lumayan ringan, namun dapat berbeda tiap orang karena pengaruh spesifikasi devicenya masing-masing. Di laptop saya sendiri, Affinity Designer agak lemot hanya ketika membuka mockup yang ukuran lebih dari 100mb.

2. Harganya yang murah tapi tidak murahan, bahkan bisa dibilang fitur yang disediakan melebihi ekspektasi pada rentang harga tersebut.

3. Fiturnya lumayan lengkap untuk memenuhi kebutuhan desain sehari-hari seperti desain gambar/ilustrasi, keperluan sosial media, logo, icon, dan lain sebagainya. 

4. Adanya fitur Pixel Persona yang memungkinkan Anda menggambar/membuat objek raster/pixel tanpa harus berpindah dokumen. Ini yang saya maksud dengan 'seperti software gabungan antara Adobe Photoshop dengan Adobe Illustrator' di dalam satu aplikasi yang sama.

5. Zoom 1.000.000 kali, yang mau coba silahkan coba sendiri sampai tangan keriting haha.

6. Undo dan Artboard yang bisa dibilang tidak terbatas, ini yang saya suka banget duh! (Undo 8.000 kali)

7. Fitur Gradasi yang lebih kompleks.


KEKURANGAN AFFINITY DESIGNER

Oke, selanjutnya kita bahas kekurangannya. Setelah lumayan sering memakai aplikasinya, saya juga menemukan beberapa kekurangan di Affinity Designer. Kekurangan yang telah saya temukan antara lain adalah:

1. Sulitnya Transform prespektif pada bitmap di Affinity Designer, maka jika Anda mencari fitur Warp seperti yang ada pada Transform di Adobe Photoshop, Anda tidak akan menemukannya karena memang belum ada.

2. Belum adanya fitur Auto Trace seperti yang ada pada Adobe Illustrator. Semoga dihadirkan di versi selanjutnya. Untuk mengakali kekurangan ini saya pakai software open source 'Inkscape' karena pengaturan untuk Trace yang lumayan kompleks.

3. Belum support tulisan Arabic, Hebrew, Persian, Urdu (Bahasa RTL atau Right to Left). Setelah saya baca di forum-forum terkait, ternyata hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan resources di perusahaan pembuat aplikasi Affinity sehingga akan butuh waktu yang lumayan lama sampai fitur RTL ini tersedia.


Pembahasan Affinity Designer dari channel Youtube Rio Purba:


Mungkin itu saja informasi yang dapat Coraku sampaikan, semoga tulisan ini bermanfaat. Jangan lupa kunjungi Instagram Coraku dan nantikan artikel berikutnya ya! Sampai jumpa 

Artikel oleh Dwi Septia

(Bagi yang hendak mengcopy: tolong sertakan sumber asli untuk menghargai penulis, terima kasih)

Komentar

  1. Tritanium G - Titanium Screw | Shop by Tiena-Lube
    Tritanium gaggia titanium G - fram titanium oil filter Titanium Screw. 1/4in diameter. 4 in diameter. 5 out of 6 in diameter. Material: titanium grades Aluminum. Type: Replacement Screw. Dimensions: 6.8 in babyliss pro nano titanium straightener diameter. titanium app Rating: 5 · ‎8 reviews

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer